Pagi buta sebelum fajar menyapa, telah kau titipkan pesan pada ku di ranjang kelabu
Tak usah menanti sebab waktu hanyalah angka katamu.
Angan telah siap membawamu pergi bersama kilau embun
Tak ada air mata, isyarat telah kuterima jauh berpuluh tahun lalu
Burung meramu kicau mengiringimu menapaki setengah pagi
Sisa ampas kopi melekat di dinding sepi
Dan dua helai rambutmu mungkin sengaja kau letakan sebagai lambang abadi
Aku ingin seperti Bisma yang melepas Dewi Amba
Sebab Cinta bukanlah penjara
tapi tanah lapang yang dihiasi bunga-bunga
Yang putiknya bersemi hingga nirwana
Rabu, 25 Mei 2011
Selasa, 24 Mei 2011
Marah II
Aku bentangkan api dari dasar bumi
Tak kulihat sang bijak Rumi
Yang berdiri pada bukit abadi
Air mata hanya isyarat menggenang di pucuk daun hati
Tak kulihat sang bijak Rumi
Yang berdiri pada bukit abadi
Air mata hanya isyarat menggenang di pucuk daun hati
Minggu, 22 Mei 2011
Marah I
Aku telah ciptakan malam dari rimbun kata
Sebab sudah sewindu luka menganga
Luka dari para pencari tahta
Ah,tapi kenapa aku lupa sematkan darah sebagai tanda?
Sebab sudah sewindu luka menganga
Luka dari para pencari tahta
Ah,tapi kenapa aku lupa sematkan darah sebagai tanda?
Jumat, 20 Mei 2011
BANKSY
Di tembok muram itu, sudah stencil keberapa?
Galerimu adalah penjuru berbagai kota
Kau sembunyi pada tubuh tikus yang berkata bijaksana
Atau juga pada televisi yang terlempar ke luar jendela
Konon kau adalah pria sang pengendara sepeda
Dengan ponco sweater kau tutup dikepala
Menjemput malam untuk berkelana
Tempat bersemayam tanda tanya
Bagaimana mungkin kau dikenal tanpa rupa
Mulutmu tak bersuara tapi namamu tertera
Dari rambu kota sampai jendela tua
Seolah kau penguasa jagat raya
Lalu dari liang manakah kau tiba
Secepat itukah kau singgah dengan menorehkan rupa
Separuh Hitam tanpa banyak coret warna
Begitu sederhana tapi penuh kuasa
Galerimu adalah penjuru berbagai kota
Kau sembunyi pada tubuh tikus yang berkata bijaksana
Atau juga pada televisi yang terlempar ke luar jendela
Konon kau adalah pria sang pengendara sepeda
Dengan ponco sweater kau tutup dikepala
Menjemput malam untuk berkelana
Tempat bersemayam tanda tanya
Bagaimana mungkin kau dikenal tanpa rupa
Mulutmu tak bersuara tapi namamu tertera
Dari rambu kota sampai jendela tua
Seolah kau penguasa jagat raya
Lalu dari liang manakah kau tiba
Secepat itukah kau singgah dengan menorehkan rupa
Separuh Hitam tanpa banyak coret warna
Begitu sederhana tapi penuh kuasa
Langganan:
Postingan (Atom)