Entah sudah gelas keberapa diselesaikan
Kakinya serasa di gumpalan awan
Tubuhnya lebur berjatuhan bagai hujan
Meresap ke dalam tanah.
Tanah pilihan dari guguran kelopak bunga
Sekarang ia bukan lagi tubuh-tubuh pesanan segala norma
Sebab ia sudah lebih jauh mengembara
Melewati pohon-pohon pustaka
Melewati lautan kata-kata
Membawa rampasan senjata dari para cendikia
Gelas berkeliling tetap tertib
Kering sekali teguk, cepat sekali
Rasanya sudah lama ramai merajalela
Sepi tak kuasa, ia bunuh membabi buta
Dikubur lalu ditabur oleh mulutnya yang enggan diam
Ia sudah ciptakan irama sendiri
Irama abadi hingga gelas terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar